Ibu Melahirkan Saya Setelah Kematian Nenek Saya
Dalam sebuah kisah yang penuh emosional, seorang wanita melahirkan saya sembilan bulan setelah kematian neneknya. Saya lahir sebagai bayi kesedihan. Ibu saya berusia 42 tahun dan saudara-saudara saya semua remaja pada saat saya lahir. Sekarang saya berusia 40-an dan kehilangan ibu saya akibat demensia, saya mulai mengerti mengapa dia melahirkan saya.
Ia Membuat Saya Menjadi ‘Bayi Kesedihan’
Ketika ibu saya sedang berjuang dengan kesedihan mendalam atas kematian ibunya, dia tanpa sengaja hamil dan saya lahir. Saya menjadi titik terang di tengah kegelapan kesedihannya. Ibu saya selalu menyebut saya sebagai ‘bayi kesedihan’, karena dari kesedihan yang mendalam itu muncul kebahagiaan.
Keluarga Saya Sudah Ada Sebelum Saya Bergabung
Saya tumbuh di rumah dengan enam orang dewasa yang sudah mapan. Rasanya seperti keluarga yang lengkap sudah ada sebelum saya lahir. Meskipun secara teknis saya adalah “bayi” keluarga, namun jika diperhatikan lebih dekat, saya lebih tepat disebut sebagai “anak tunggal yang cerdas”.
Saya memiliki perspektif yang unik dalam membaca orang dan membuat mereka bahagia, yang mungkin disebut empati, namun saya yakin itu adalah mekanisme bertahan hidup saya. Saya memiliki orang tua untuk diri sendiri sebagian besar waktu; hal ini selalu diingatkan oleh saudara-saudara saya.
Kisah Tentang Hubungan dengan Ibuku
Ketika saya masih kecil, orangtua saya memiliki pendapatan yang cukup dan lebih banyak waktu untuk menghabiskan bersama saya. Saya sering ikut dalam kencan tengah usia mereka; mengunjungi Catskills untuk melihat daun berguguran, menonton konser Barbershop Quartets yang ultra keren, menonton “Murder, She Wrote” dengan penuh antusias – saya adalah jiwa tua kecil dalam celana overalls OshKosh-B’gosh.
Ibuku mengatakan saya membuatnya tetap muda
Saat mom dan saya sendirian di rumah, mom akan memutar rekaman-rekaman lamanya dan kami akan bernyanyi dan menari di sekitar meja sambil mendengarkan lagu Elvis, Johnny Cash, dan The Clancy Brothers. “Kamu membuatku tetap muda,” begitu katanya sambil tersenyum lebar.
Sekarang, usiaku sama dengan usia ibuku saat melahirkan saya dan meskipun ibuku masih hidup, kami kehilangannya karena penyakit demensia. Saya belum pernah merasakan rasa sakit yang begitu kejam.
Momen terbaik adalah ketika kami mengunjungi Barbara’s Candy World dan mom selalu mempermainkan saya karena dia tahu saya akan memesan hal yang sama, Vanilla dengan taburan warna-warni. Mom akan memesan Rocky Road yang selalu berakhir berserakan di tubuhnya dan kami akan tertawa bersama dengan suara cekikikan yang sama.
Kini, saya merasakan kesedihan yang sama dengan kehilangan ibu yang dulu saya kenal. Saya memahami bahwa perasaan ini harus disalurkan ke arah yang benar.
Saya menyadari bahwa bukan karena Anda membutuhkan bayi untuk mengisi kekosongan, tetapi karena Anda memiliki begitu banyak cinta yang masih perlu diberikan.