Emas: Harga dan Proyeksi di Tengah Ketidakpastian Global
Emas merupakan salah satu komoditas yang menjadi sorotan di pasar global saat ini. Harga emas telah mencapai level di atas $2,100 dan mendekati rekor tertinggi yang pernah dicapai. Hal ini terjadi karena harapan penurunan suku bunga di Amerika Serikat pada pertengahan tahun, sementara para trader menunggu pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengenai kesehatan ekonomi.
Pengaruh Berita Terkini terhadap Harga Emas
Harga emas sempat turun sekitar 3% setelah Presiden terpilih Donald Trump memilih Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan, dengan laporan tentang Israel dan Hezbollah yang mendekati kesepakatan gencatan senjata juga menggerus daya tarik logam safe-haven tersebut.
Harga spot emas turun 3,44% menjadi $2,616.80 per ons, berdasarkan data dari Factset. Sementara itu, kontrak berjangka emas di bursa New York Mercantile diperdagangkan pada $2,628.5.
Perspektif dari Para Ahli
Nicky Shiels, Kepala Strategi Logam dari MKS Pamp, mengatakan bahwa penurunan harga emas hari ini sebesar ~$100 sebanding dengan penurunan pasca pemilihan presiden AS pada 6 November.
Perjanjian gencatan senjata Israel-Hezbollah dan penunjukan Bessent menjadi faktor utama dari penjualan emas, tambah Shiels.
Proyeksi Harga Emas ke Depan
Menurut Daniel Ghali, Strategi Komoditas dari TD Securities, aktivitas pembelian emas kemungkinan akan tetap terbatas oleh pandangan yang sangat berbeda terhadap Federal Reserve yang tidak lagi menampilkan risiko kebijakan Fed yang “terlalu mudah”.
Dengan ketidakpastian seputar dampak potensial kebijakan Donald Trump terhadap sektor-sektor kunci ekonomi, pemotongan suku bunga pada bulan Desember tidak lagi tampak pasti.
Kesimpulan
Dengan volatilitas harga yang diharapkan berlanjut selama empat bulan mendatang, harga emas masih berpotensi untuk naik menuju $3,000 pada tahun 2025, kata CEO Rua Gold, Robert Eckford.
Sebagai investor, penting untuk terus memantau perkembangan pasar global dan berbagai faktor yang dapat memengaruhi harga emas ke depan.