Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hezbollah: Harapan Damai Tapi Peran AS Membingungkan
Sepakat gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri konflik antara Israel dan Hezbollah, kelompok militan Lebanon yang didukung Iran, menandai momen diplomatik yang penuh harapan setelah hampir 14 bulan konflik.
Namun, para ahli keamanan regional mengatakan bahwa ketentuan yang melibatkan AS — serta Prancis — untuk memantau potensi pelanggaran bisa mempersulit keadaan.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Gerges menyatakan keraguan tentang seberapa netralnya AS dalam proses ini, merujuk pada rekam jejak Washington yang mendukung Israel.
Selama beberapa minggu mendatang, kesepakatan gencatan senjata memerlukan penghentian hostilitas, serta penarikan pasukan Hezbollah dari perbatasan Israel dan pasukan militer Israel di daratan Lebanon mundur.
Meskipun ada ketentuan ini, “tantangan-tantangan mendasar sangat besar,” kata Fawaz A. Gerges, seorang profesor hubungan internasional di London School of Economics, menambahkan bahwa hasilnya sangat tergantung pada “kesepakatan para pihak.”
Gerges mengatakan bahwa inklusi AS dalam proses pemantauan gencatan senjata “membingungkan” masalah.
AS tidak akan mendeploy pasukan di area tersebut, tetapi AS dan Prancis akan bergabung dalam mekanisme yang sudah ada antara pasukan penjaga perdamaian PBB dan pasukan militer Lebanon dan Israel, dikenal sebagai mekanisme tripartit.
AS akan memimpin kelompok tersebut.
Netralitas yang Tidak Pasti
Jika AS menyatakan pelanggaran oleh Hezbollah, Israel memiliki jaminan dari AS bahwa mereka dapat merespons. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengulangi hal ini dalam pernyataannya, mengatakan: “Jika Hezbollah melanggar kesepakatan dan mencoba bersenjata, kami akan menyerang.”
Namun, Gerges mengatakan bahwa sangat tidak mungkin sebaliknya — AS menyatakan pelanggaran oleh Israel — akan terjadi.
Dengan demikian, Hezbollah kemungkinan melihat inklusi AS dalam proses pemantauan dengan kecurigaan, katanya, menambahkan bahwa ia percaya bahwa Hezbollah percaya bahwa “AS akan melakukan keinginan Israel.”
Paul Salem, wakil presiden untuk keterlibatan internasional di Middle East Institute, mengatakan kepada BI bahwa, menurut pendapatnya, AS sama sekali tidak netral. Mereka Mewakili Israel dengan Percaya
Menurut Salem, Hezbollah dianggap mewakili Israel sehingga Israel mempercayai mereka. Dia menambahkan bahwa jika Hezbollah benar-benar akan melaksanakan bagian mereka dalam kesepakatan, maka peran Amerika tidak akan terlalu sulit atau kontroversial.
“Tantangannya bagi Amerika adalah jika Hezbollah tidak melaksanakan kesepakatan tersebut,” katanya. “Maka, Amerika tidak akan memperbaikinya. Amerika tidak akan mengirim pasukan untuk bertarung karena itu.”