Rencana Merger Nissan-Honda Dikritik CEO Mantan Nissan sebagai ‘Langkah Terdesperasi’


Nissan dan Honda Pertimbangkan Merger

Spekulasi tentang kemungkinan merger antara Nissan dan Honda tengah menjadi sorotan. Namun, mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn, menyebut langkah ini menunjukkan bahwa Nissan berada dalam “mode panik.”

Merge “Desperate” Menurut Ghosn

Potensi merger antara produsen mobil Jepang Nissan dan Honda disebut sebagai langkah “putus asa” oleh mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn.

Negosiasi Merger Nissan-Honda

Pada Selasa, surat kabar Jepang Nikkei melaporkan bahwa kedua perusahaan sedang memasuki negosiasi merger.

Dengan menggabungkan sumber daya mereka, Nissan dan Honda akan dapat bersaing lebih baik melawan pesaing di ruang kendaraan listrik seperti Tesla dan produsen mobil listrik China, lapor Nikkei.

Nissan dan Honda, Peringkat Kedua dan Ketiga di Jepang

Honda dan Nissan adalah produsen mobil terbesar kedua dan ketiga di Jepang, berturut-turut. Saingan lokal mereka, Toyota, adalah produsen mobil terbesar di dunia.

Merge Nissan-Honda akan menghasilkan perusahaan mobil terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume.

Pernyataan Ghosn Tentang Merger

Ghosn menyatakan dalam wawancara dengan Bloomberg bahwa upaya merger dengan Honda menunjukkan bahwa Nissan berada dalam “mode panik.”

“Ini bukanlah kesepakatan yang pragmatis karena, jujur saja, sinergi antara kedua perusahaan sulit ditemukan,” ujar Ghosn.

“Hampir tidak ada komplementaritas antara kedua perusahaan. Mereka berada di pasar yang sama. Mereka memiliki produk yang sama. Merek mereka sangat mirip,” tambahnya.

Ghosn: Dari Legenda ke Skandal

Ghosn, yang pernah dianggap sebagai legenda dalam industri otomotif, mengalami kejatuhan dramatis pada tahun 2018.

Mantan CEO dan chairman aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi ditangkap di Jepang dan dituduh melakukan kejahatan keuangan pada November 2018.

Pelarian Ghosn ke Lebanon

Ghosn ditahan di penjara Jepang selama lebih dari 100 hari sebelum akhirnya melarikan diri ke Lebanon dengan menyelundupkan diri dalam koper alat musik pada Desember 2019.

Pria yang tercela itu tetap bersikeras bahwa dia tidak bersalah.

Ghosn Mengklaim Pemerintah Jepang Terlibat dalam Pembicaraan Merger Nissan-Honda

Mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn, mengklaim bahwa pemerintah Jepang, khususnya Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, kemungkinan terlibat dalam pembicaraan merger antara Nissan dan Honda. Pernyataan ini disampaikan Ghosn kepada Bloomberg pada Jumat.

Ghosn menyatakan, “Pada akhirnya, mereka mencoba mencari solusi yang dapat menyatukan masalah jangka pendek Nissan dengan visi jangka panjang Honda.”

Pembicaraan Merger Nissan-Honda di Tengah Tantangan Nissan

Pembicaraan merger antara Nissan dan Honda terjadi pada saat yang sulit bagi Nissan. Perusahaan ini telah menghadapi penurunan laba dan penjualan yang signifikan tahun ini. Bulan lalu, Nissan memotong 9.000 pekerjaan secara global untuk mengurangi biaya. Saham perusahaan ini turun 20,7% tahun ini.

Nissan juga menghadapi persaingan yang semakin ketat dari produsen mobil listrik asal Tiongkok seperti BYD, karena para produsen mobil berlomba-lomba untuk mendapatkan pangsa pasar di pasar yang sedang berkembang seperti Asia Tenggara dan Amerika Latin. Data yang dikumpulkan oleh perusahaan teknologi ABI Research untuk BI menunjukkan bahwa produsen mobil Tiongkok menyumbang 70% dari pasar mobil listrik di Thailand dan 88% di Brasil pada kuartal pertama tahun ini.

Tantangan Strategi Mobil Listrik Nissan

Meskipun Nissan memimpin perlombaan mobil listrik ketika meluncurkan mobil listrik massal pertama di dunia, Leaf, pada tahun 2010, strategi mobil listrik perusahaan Jepang ini telah mengalami kesulitan. Nissan adalah salah satu produsen mobil di AS yang tidak memiliki penawaran mobil hibrida atau plug-in.

Andy Palmer, mantan chief operating officer Nissan, mengatakan kepada BI pada bulan November, “Saat ini Nissan menemukan dirinya dengan lini produk yang sangat buruk dan tanpa kepemimpinan yang jelas dalam mobil listrik, dan itu adalah hasil langsung dari manajemen yang buruk.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *