Senjata Gelombang Radio Baru Berhasil Diuji oleh Inggris yang Membunuh Drone dari 1.000 Yard dengan Harga Murah

Inggris Berhasil Uji Senjata Radio Baru untuk Menghancurkan Drone

Inggris mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menguji senjata radio anti-drone baru yang hanya membutuhkan biaya sekitar 10 pence untuk ditembakkan. Senjata ini dianggap sebagai alternatif murah untuk sistem berbasis rudal dalam melawan drone.

Senjata ini, RFDEW, diklaim mampu menghancurkan drone dari jarak 1.000 meter di darat, udara, dan laut.

Uji Coba Senjata Radio Frekuensi

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah berhasil menguji langsung senjata frekuensi radio baru yang dapat menghancurkan kawanan drone dengan biaya “kurang dari harga sebungkus pai daging sapi.”

Uji Tembak Berhasil Dilakukan

“Uji tembak langsung baru-baru ini diselesaikan oleh Unit Pengujian dan Pengembangan Artileri Kerajaan dan Grup Pertahanan Udara ke-7 di sebuah lokasi di Wales Barat,” demikian disampaikan dalam sebuah pernyataan. “Mereka berhasil menargetkan dan melibatkan Sistem Udara Tanpa Awak, dalam peristiwa pertama bagi Angkatan Bersenjata Inggris.”

Senjata RFDEW

Sistem ini disebut sebagai Radio Frequency Directed Energy Weapon, atau RFDEW. Inggris mengklaim memiliki jangkauan hingga 1.000 meter, dengan perkiraan biaya sekitar 10 pence atau sekitar $0,13 per tembakan.

Prinsip Kerja Senjata RFDEW

RFDEW menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk mendeteksi, melacak, dan kemudian menonaktifkan komponen elektronik krusial dalam drone sehingga membuatnya tidak dapat bergerak atau jatuh dari langit.

Sistem ini dirancang untuk menjadi serbaguna. Inggris mengatakan RFDEW dapat diterapkan di lingkungan darat, udara, dan laut.

Pengembangan Senjata

Pengembangan senjata ini diumumkan pada bulan Mei, ketika pejabat menggambarkannya sebagai alternatif yang lebih murah dibandingkan dengan sistem berbasis misil tradisional dalam melawan drone.

Kementerian Pertahanan Mengumumkan Uji Coba Senjata RFDEW di Inggris

Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan bahwa uji coba akan dilakukan selama musim panas. Senjata Radio Frequency Directed Energy Weapon (RFDEW) yang sukses diuji coba oleh Angkatan Darat Inggris mampu menghancurkan sekelompok drone. Senjata ini mampu menetralisir target hingga 1km jauhnya dengan biaya perkiraan 10p per tembakan.

Ini merupakan salah satu jawaban London terhadap meningkatnya penggunaan drone dalam perang, yang semakin terlihat dengan invasi Rusia ke Ukraina, di mana drone murah telah menjadi senjata pembunuhan utama dalam konflik yang berkepanjangan.

Pengembangan Senjata Lainnya di Inggris

Selain RFDEW, Inggris juga tengah mengembangkan senjata laser yang dapat dipasang di kendaraan militer dengan biaya tembakan 10 pence per tembakan dan jangkauan 1.000 meter. Uji coba senjata ini juga telah sukses dilakukan oleh kementerian pada 11 Desember.

Kedua sistem ini dikembangkan dalam program pemerintah yang bermitra dengan perusahaan swasta seperti Raytheon dan Teledyne e2v. Inggris juga menghabiskan sekitar $126 juta untuk mengembangkan DragonFire, sistem senjata laser lainnya yang menggunakan sinar energi tinggi untuk menghancurkan drone dengan biaya kurang dari $13 per tembakan.

Keunggulan Biaya Rendah dalam Perang Melawan Drone

Jika sistem-sistem ini dapat dikerahkan dalam skala besar, biaya rendah per tembakan yang diiklankan dapat menjadi keuntungan besar bagi Inggris. Teknologi anti-drone tradisional yang sudah dianggap dalam kisaran biaya rendah, seperti Raytheon Coyote, dapat dihargai sekitar $100.000 per amunisi.

Militer ingin mendapatkan biaya yang lebih murah, karena semakin sadar bahwa setiap kekuatan bersenjata – mulai dari pasukan Rusia dan Ukraina hingga pemberontak Houthi di Yaman – dapat mengirimkan muatan mematikan dengan biaya kurang dari $1.000 melalui bagian-bagian drone komersial.

Selain Inggris, Amerika Serikat juga sedang mengembangkan senjata serupa dengan RFDEW yang menggunakan gelombang mikro untuk menghancurkan bagian drone dan menonaktifkan kelompok drone. Senjata ini berbentuk seperti kontainer dengan antena parabola dan disebut Tactical High-power Operational Responder, atau THOR.

Pada April 2023, Angkatan Udara Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menguji THOR melawan kelompok drone. Teknologi semacam ini juga semakin populer di Ukraina. Kvertus, sebuah perusahaan yang berbasis di Kiev, menjual “senjata anti-drone genggam” yang diklaim dapat menonaktifkan drone dengan frekuensi radio.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *