Kontroversi Kesepakatan Nippon Steel dan U.S. Steel
Pada bulan Desember tahun lalu, perusahaan baja Jepang, Nippon Steel, mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi U.S. Steel. Namun, kesepakatan ini menuai kontroversi dan menjadi sorotan utama di kancah politik Amerika Serikat.
Donald Trump Menentang Kesepakatan
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, dengan tegas menyatakan penolakannya terhadap rencana pembelian U.S. Steel oleh Nippon Steel. Melalui platform media sosialnya, Truth Social, Trump menyatakan bahwa sebagai Presiden, ia akan menghalangi kesepakatan ini terjadi. Dia berjanji untuk membuat U.S. Steel “Kuat dan Hebat Lagi” melalui insentif pajak dan tarif.
Pendapat Joe Biden dan Serikat Pekerja
Presiden Joe Biden juga menentang akuisisi ini, bersama dengan dukungan dari United Steelworkers, serikat pekerja yang memiliki pengaruh besar di industri baja. Mereka berkomitmen untuk menjaga U.S. Steel tetap dimiliki oleh Amerika.
Peninjauan dari Komite Investasi Asing
Komite Investasi Asing Amerika Serikat telah mulai meninjau kesepakatan ini untuk memastikan tidak ada risiko keamanan nasional yang terlibat dalam transaksi antara entitas asing.
Dampak Potensial Kesepakatan
Jika akuisisi ini terlaksana, Nippon Steel dan U.S. Steel akan memiliki total kapasitas produksi hingga 86 juta ton. Meskipun Nippon Steel menyatakan bahwa akuisisi ini akan membangkitkan kembali wilayah Rust Belt Amerika dan meningkatkan keamanan nasional, Trump dan sejumlah pihak lain tetap skeptis terhadap dampaknya.
Prospek Masa Depan
Dalam beberapa bulan terakhir, saham U.S. Steel dan Nippon Steel mengalami penurunan yang signifikan. Namun, para eksekutif dari kedua perusahaan tetap optimis bahwa kesepakatan ini akan terlaksana dengan lancar.
Memang, kesepakatan antara Nippon Steel dan U.S. Steel telah menjadi topik hangat yang tidak hanya memengaruhi pasar keuangan, tetapi juga politik dan keamanan nasional Amerika Serikat.