Pengalaman Ditolak dari Semua Sekolah Ivy League
Semua sekolah Ivy League yang saya lamar menolak saya. Kesalahan terbesar saya adalah tidak sepenuhnya memahami proses penerimaan di Ivy League. Sekarang, sebagai mahasiswa baru di perguruan tinggi yang berbeda, saya memahami bahwa Ivy League bukan segalanya.
Saya sangat gugup hingga tidak bisa berbicara. Yang bisa saya lakukan hanyalah menatap kata-kata di layar saya: Universitas Brown. Perbarui status.
Kesempatan Masuk ke Sekolah Impian Saya Selalu Tipis
Setelah ditolak, saya mulai melakukan banyak penelitian tentang penerimaan mahasiswa di sekolah Ivy League. Apa yang saya pelajari mengejutkan.
Tentu, kita semua tahu bahwa pendaftar warisan dan atlet memiliki keuntungan. Yang tidak saya konseptualisasikan adalah seberapa besar keuntungan tersebut. Saya belajar bahwa 11% dari Kelas 2027 di Yale adalah mahasiswa warisan. Itu sekitar 1 dari setiap 10 mahasiswa. Di Brown, 8% dari Kelas 2027 adalah mahasiswa warisan.
Mungkin terdengar tidak begitu banyak, tetapi kerugian bagi saya tidak berhenti di situ. Analisis dari Opportunity Insights, sebuah kelompok penelitian berbasis di Harvard, menunjukkan bahwa siswa dari persentil pendapatan 80 hingga 90 memiliki tingkat kehadiran perguruan tinggi Ivy-Plus terendah – sedikit lebih dari 10%. Ini adalah keluarga yang cukup kaya untuk membayar guru les SAT, konselor perguruan tinggi pribadi, dan mungkin bahkan biaya kuliah penuh.
Penolakan dari perguruan tinggi Ivy League: Apa yang Salah Dilakukan dan Bagaimana Saya Mengatasinya
Sebuah kisah tentang penolakan dari perguruan tinggi Ivy League yang ditulis oleh Sophie Landis, seorang mahasiswa baru di Universitas McGill di Montreal. Sophie menceritakan pengalaman pribadinya tentang bagaimana ia merasa ditolak dari perguruan tinggi Ivy League dan bagaimana ia berjuang untuk menemukan tempatnya di perguruan tinggi yang baru.
Menyadari Realitas yang Ada
Sophie Landis menyadari bahwa meskipun ia bekerja keras untuk masuk ke perguruan tinggi Ivy League, ternyata ada faktor-faktor di luar kendali yang membuatnya ditolak. Menurut statistik, banyak mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi Ivy League berasal dari keluarga dengan pendapatan tinggi. Keluarga-keluarga ini bisa menjadi donor potensial bagi perguruan tinggi, sehingga menjadi faktor penting dalam proses penerimaan.
Menyesuaikan Diri dengan Perguruan Tinggi Baru
Setelah ditolak dari perguruan tinggi Ivy League, Sophie Landis akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studinya di Universitas McGill di Montreal. Meskipun bukan tempat yang ia impikan, Sophie menyadari bahwa ia memiliki kewajiban untuk membuat yang terbaik dari situasi yang ada. Meskipun awalnya merasa kesepian dan bingung, Sophie akhirnya menyadari bahwa perasaan tersebut tidak terkait dengan tempatnya belajar, tetapi dengan perjalanan pribadinya sebagai mahasiswa.
Menemukan Makna Sejati dalam Perguruan Tinggi
Sophie Landis menyimpulkan bahwa perguruan tinggi tempat seseorang belajar memang penting, tetapi bukan satu-satunya hal yang penting. Yang terpenting adalah apa yang dilakukan seseorang selama berada di perguruan tinggi tersebut. Sophie menekankan pentingnya untuk memanfaatkan kesempatan belajar dengan sebaik mungkin, di mana pun tempatnya berada.
Dengan demikian, Sophie Landis mengajak pembaca untuk melihat sisi positif dari penolakan dari perguruan tinggi Ivy League dan menemukan makna sejati dari pengalaman belajar di perguruan tinggi. Sophie Landis adalah seorang mahasiswa baru di Universitas McGill di Montreal, sekaligus seorang penulis dan pembaca yang bersemangat. Anda dapat terhubung dengannya di LinkedIn di sini.