Liburan Panjang dan Fenomena Ekonomi: Mengapa Tempat Hiburan Masih Ramai?
Jakarta – Kondisi ekonomi Indonesia saat ini diwarnai penurunan daya beli hingga maraknya pemutusan hubungan kerja alias PHK. Meski begitu, saat masa libur panjang Isra Mikraj dan Imlek ini tempat-tempat hiburan masih banjir pengunjung hingga menyebabkan kemacetan.
Alasan Masyarakat Masih Berbondong-bondong ke Tempat Hiburan
Menurut Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali, masyarakat kini mencari hiburan yang terjangkau dalam rangka mendapatkan kebahagiaan. Meskipun ada penurunan daya beli dan kondisi ekonomi yang sulit, aktivitas liburan dianggap sebagai salah satu kemewahan yang masih terjangkau.
Fenomena “Experience Economy”
Econom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan bahwa pergeseran belanja masyarakat ke hal-hal berbau hiburan dikala daya beli sedang tertekan disebut sebagai experience economy. Ini merupakan bentuk pelarian dari situasi ekonomi yang sulit.
Bagaimana Menghadapi Booming Experience Economy dengan Bijak
Bhima mengingatkan agar booming experience economy harus disikapi dengan bijak. Misalnya, tetap memiliki skala prioritas dalam belanja dan memastikan kebutuhan pokok tercukupi terlebih dahulu sebelum mengalokasikan sebagian pendapatan untuk aktivitas hiburan.
Dengan demikian, meskipun kondisi ekonomi sulit, masyarakat masih memiliki cara untuk menikmati hiburan yang terjangkau dan mencari kebahagiaan dalam aktivitas liburan yang dijalani.
(shc/hns)
Translate:
Jakarta – Kondisi ekonomi Indonesia saat ini diwarnai penurunan daya beli hingga maraknya pemutusan hubungan kerja alias PHK. Meski begitu, saat masa libur panjang Isra Mikraj dan Imlek ini tempat-tempat hiburan masih banjir pengunjung hingga menyebabkan kemacetan.
Menurut Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali menilai masyarakat kini mencari hiburan yang terjangkau dalam rangka mendapatkan kebahagiaan.
“Libur panjang, jalanan macet kembali, dan hari libur tahun ini diperkirakan lebih dari 100 hari dalam setahun, banyak libur ditambah sabtu minggu. Jadi, kenapa jalan tetap ramai? Padahal, banyak yang mengatakan daya beli turun, jumlah kelas menengah berkurang, pengangguran banyak, orang kena PHK apalagi, anak muda susah cari kerja,” kata Rhenald, lewat unggahan Instagram @rhenald.kasali, dikutip Rabu (29/1/2025).











